Jumat, 19 Juli 2019

Ayah....

"Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi semua maumu"

Ada setangkup rasa yang tiba-tiba menyeruak dalam hati ketika senandung lagu itu diputar. Seketika melow. Seketika ada perasaan was-was, perasaan takut, dan perasaan-perasaan lain yang tiba-tiba hinggap di kepala. Dadaku seketika bergemuruh. Sedih dan sakit.

Aku selalu merasa kalau ayahku selalu dalam keadaan baik-baik saja. Meskipun sudah sepuh, tapi fisiknya selalu bugar? atau aku yang tidak peka? bahwa sebenarnya ada rasa sakit yang dirasanya?

Aku menyadari setiap perubahan pada dirinya. Rambut hitam berubah putih, kerut wajah semakin kentara. Wajah lelah termakan usia. Dan aku tetap berpikir, ayahku baik-baik saja.

Sampai ketika, tiba-tiba kesehatannya menurun sampai harus di rawat di rumah sakit. Aku panik, sedih, khawatir bercampur menjadi satu. Segala pikiran negatif pun berlomba-lomba unjuk gigi, dan segala doa serta permohonanku pun memberondong, pada Sang Khaliq.

"Allahu Rabb... sembuhkan ayahku. Limpahkan rasa sakit dirinya padaku. Gantikan umur pendeknya (jikakalau pendek) padaku, dan umur panjangku (jikalau panjang) padanya. Aku ikhlas."
Doaku.

Aku menatap ayah yang terbaring dengan pandangan nanar. Semakin jelas kerutan tergambar di wajahnya. Semakin terlihat usia yang termakan waktu. Wajah yang membuktikan banyak cerita perih getir yang dilaluinya. Pandanganku semakin nanar diiringi linangan air mata.

Allahu Rabb, sehatkan ayahku sampai batas waktu yang Engkau berikan padanya, tanpa ada rasa sakit yang menyertai. Cukuplah dulu ibuku yang Engkau panggil terlebih dahulu, karena Engkau begitu menyayanginya. Biarkan ku berikan baktiku dulu padanya sampai batas baktiku terhenti karena waktu.

RABBIGHFIRLII WALI WAALIDAYYA WARHAM HUMMA KAMAA RABBAYAANII SHAGHIIRAA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar