Minggu, 30 Juli 2017

Tomorrow will be free...

ini hanya cerita fiktif,  inspirasi ketika mendengar Al-Aqsa yang tengah ricuh...  Sebagian dialog diambil dari kisah nyata dari anak-anak palestina yang Masha Allah keteguhan imannya melebihi rata-rata kebanyakan anak seusianya.

**** Tomorrow will be free...  Al-Aqsa ****

Suasana ricuh bukan pemandangan yang asing lagi disini, di Palestina. Sorak sorai dengan gema takbir tak henti berkumandang, menyeru pada zionis israel agar angkat kaki, bukan hanya dari tanah palestina tapi juga dari Masjid Suci Al Alqsa yang sudah beberapa hari dijaga ketat. Melarang umat muslim untuk sekedar beribadah,  untuk bercengkrama di masjid tempat Rosulullah melaksanakan isro mi'roj-nya.
Tembakan dan kekerasan mewarnai demo itu. Beberapa meninggal dan puluhan luka-luka. Tidak memandang tua atau anak kecil, zionis dengan kejamnya memukul mereka. Melempar gas air mata dengan peluru berterbangan tidak membuat umat muslim bergeming. Bagi mereka, mempertahankan Al Aqsa merupakan jihad lainnya.

Aku relawan kemanusiaan dari Indonesia beserta relawan asing bergabung untuk membantu kondisi di Palestina. Yang carut marut,  tak berbentuk dengan puing puing runtuhan tembok hasil bombardir zionis israel.  Aku menangis, miris, hati begitu terisis. Perlakuan zionis yang begitu menginjak umat muslim dengan kebekuan hati mereka, tanpa nurani.
Dan kemana mata dunia?  dimana media dunia?  kenapa selalu bungkam? kenapa selalu tuli? Dan mempelintir keadaan seolah-olah umat muslim yang salah?

Aku kembali bergumul dengan para demonstran muslim demi kebebasan Al Aqsa. Mereka melakukan sholat tepat di depan Al Aqsa,  di hadapan para zionis. Tiba-tiba ada beberapa orang yahudi yang dengan entengnya menerobos barisan muslim yang tengah sholat,  seraya mencibir. Aku murka dan berteriak membentak. "Tuan, anda sudah gila?  mereka sedang beribadah, tolong hormati mereka!! " Yahudi itu menyeringai dan berkata dengan setengah mengejek. "Saya tidak salah, ini jalanan, bukan tempat ibadah mereka!  mereka tidak menghormati pejalan dengan melakukan hal konyol seperti ini! " Aku naik darah, emosiku meluap. "Jaga mulutmu itu!" Tanganku hampir melayangkan tinju ke wajah yahudi itu sebelum akhirnya di cegah.
"Biarkan dia"
Aku terdiam. Seorang wanita paruh baya tersenyum lembut padaku.
"Jangan biarkan kamu menjadi golongan diantara mereka. Bersabarlah. Allah bersama kita"
Emosiku melunak, seketika. Bagaimana mereka bisa mempunyai kesabaran seluas itu?  bagaimana mereka memperoleh ketegaran sekukuh itu? Aku terdiam. Yahudi itu masih meracau. Menunjuk-nunjuk pada tiap anak yang dia temui.
"Negaraku akan menghancurkan kalian. Ingat itu, kalian bukan siapa-siapa! " racaunya penuh ejekan.
"Negara mana yang tuan maksud? Yang akan menghancurkan kami? " tiba-tiba seorang anak dengan lantang bertanya, pada yahudi itu.
"Israel!  Negaraku! " penuh bangga yahudi itu menjawab.
"Negara mana itu?  Israel bukan negara, mereka penjajah. Mereka yang merebut tanah kami,  tanah Palestina." lantang anak palestina menimpali yahudi itu.
"Al Quds bukan di Israel,  tapi Al Quds itu tanah palestina. Tuan hanya menumpang disini. Ingat itu, tuan!! "
Orang yahudi itu tetap meracau seraya menjauh dari kerumunan, mendekat pada tentara-tentara zionis sebelum akhirnya menghilang dari pandangan.
Aku terenyuh, haru, sedih bercampur menjadi satu.  Ya, Al Quds ibukota dari palestina bukan Israel. Al Quds selalu tertanam dihati para anak palestina,  sebagai ibu pertiwinya.

Suasana masih ricuh,  protes bertubi-tubi terlempar dari mulut-mulut umat muslim, menuntut kebebasan Al Aqsa,  masjid suci umat islam. Suatu saat,  hari itu pasti akan datang. Pasti. Hari dimana Al Aqsa akan kembali kepada setiap hati yang menjungjung akidah, pada Tuhannya, pada Rosulnya.
Tomorrow will be free...