Jumat, 10 Desember 2010

Hitam

Aku menyadari sesuatu dari kehidupan ini yaitu hidup adalah bagian dari cerita yang terdiri dari beberapa episode. cerit5a yang memaksa kita untuk menjalaninya menurut skenarioyang telah diatur oleh sang Pencipta. awalnya aku menyukai kehidupanku meskipun tidak semua episodedalam hidup dapat membuatku bahagia. Namun, angin rasanya menuliskan label kapok besar-besar di otakku ketika episode kegagalan itu datang dan membawaku pada sebuah kehancuran. Kegagalan benar-benar telah menjadi monster dihidupku yang membuatku larut dalam kesedihan lalu menggiringku pada sebuah keputus-asaan.

Flyover pasupati. Jembatan megah yang terhampar panjang di kawasan dago,bandung. Dengan arsitektur yang indah dengan pondasi beton yang kuat,kawat-kawat besi besar yang berjejer di antara dinding-dinding tembok yang menjulang tinggi,elok dipandang. Jalanan terhampar luas dan panjang hingga kendaraan-kendaraan leluasa berlalu-lalang tanpa khawatir terjadi kemacetan. Entah karena apa,langkah gontaiku menyeret tubuhku berdiri terpaku di sisi jembatan pasupati ini. Karena masa lalu kah? Atau karena jembatan ini yang dulu pernah menghubungkan kisah cintaku pada cowok yang wajahnya sampe detik ini selalu terekam jelas di otak ku,yang namanya selalu terpatri dihatiku dan cintanya selalu menjadi serangkaian kisah indah yang kini menjadi kenangan.
Termenung tatapanku lepas menatap kedepan. tegas tanpa makna. kalau aku bercermain mungkin kesedihan akan tergambar jelas diwajahku, wajah dingin tanpa ekspresi. ditengah deru bising kendaraan yang berlalu-lalang melintas ingin rasanya aku keras melampaui bisingnya kendaraan, ingin rasanya aku murka dan menelan lumat-lumat gedung-gedung yang menjulang tinggi tanpa ekspresi itu. Aku menarik nafas dalam-dalam beerusaha menenangkan emosi yang berkecambuk dihati. pandanganku ku alihkan menatap ke bawah jembatan. kendaraan yang berlalu-lalang tampak kecil seperti kendaraan miniatur yang bergerak teratur atas kendali remote. aku berpikir, kendaraan saja tampak kecil terlihat, bisa ku bayangkan seberapa tinggi jembatan ini berdiri menjulang. Makhluk kecil sepertiku bila terjatuh mungkin seketika gravitasi akan langsung membuatku meluncur ke bawah bagai pesawat yang hlang kendali, menukik jatuh lalu hancur berantakan. Jiwa terhempas raga tertinggal, sekeika mati...!!!

Mati...??? Satu kata asing yang membuatku merinding dan takut, tapi kenapa terasa begitu dekat ? Satu kata yang ingin aku buang jauh-jauh, tapi kenapa kata itu seolah menghampiri ? Tak ada sedikitpun dipikiran dan dibenakku datang ke jembtan ini untuk bunuh diri, tapi entah apa alasannya aku sekarang malah berdiri tegak dipinggir jembatan Pasupati. Aku diam teerduduk dengan tangan memeluk lutut. Angin berhembus kencang menerpa tubuhku hingga seketika dingin menyeruak menggigit kulit, berhembus menerpa kepalaku hingga otakku terasa beku untuk berpikir dan menerpa jantungku hingga terasa kaku berdetak. 
Lama ku terdiam disisi jembatan ini. Terpaku di antara deru bising kendaraan yang berlalu-lalang. Pikiranku melayang dalam batas khayal. Kenangan menarik ku kembali ke masa-masa menyakitkan dimana perasaan sedih,kecewa dan marah becampur menjadi satu. Ingin rasanya ku melepaskan penat untuk sejenak lelap di bahu seseorang. Tapi itu tidak mungkin, aku hanya seorang diri disini.
Ingin rasanya aku mengeluh pada Sang Pencipta, mengapa hidup ini terasa begitu tak adil ? Mengapa kisah hidupku tak sesempurna ciptaan-Mu yang bernama manusia ? Mengapa dan mengapa terus aku pertanyakan. Aku pun merenung, batas khayal menguasaiku. Andai aku seorang makhluk yang diberi Maha Kuasa dalam berkehendak, mungkin aku tak harus menderita karena pertentangan dan egoisme orang dewasa yang menamakan diri mereka orang tua dan menganggap seolah sikap merekalah yang paling benar. Dengan Maha Kuasa yang aku punya, aku bisa memperoleh kebahagiaan yang aku dambakan, memperoleh cinta yang aku idamkan sekalipun rasa cinta itu ditentang. Dan dengan adanya Maha Kuasa itu juga, aku bisa mengkalkulasikan nasib yang berada di tanganku untuk kehidupan yang akan datang dengan mudahnya. Andai saja... Tapi kenyataan berkata lain karena takdir tak memihakku untuk merasakan kebahagiaan yang aku idamkan, kebahagiaan yang aku rencanakan. Aku tak berdaya menjadi manusia yang hanya berencana tapi Tuhan Yang Maha Kuasa dalam berkehendak berkata lain atas kebahagiaanku.
Kutengadahkan kepalaku keatas, bersandar pada dinding-dinding jembatan. Langit tampak kelabu, sinar matahari tertutup awan mendung. Aku berharap hujan segera turun membasahi bumi, mengguyur tubuhku supaya kesedihanku bisa hanyut terbawa air yang mengalir. Khayalku menghilang,pikiranku kembli terseret ke dunia realitas dan 'ah'... Sedikit kaget ku rasakan ketika sadar ada sosok gadis yang tengah berdiri tak jauh dari tempatku berada. Kupikir hantu karena tiba-ti8ba tanpa aku sadari gadis itu sudah berada tak jauh dari aku berdiri. Iseng kuperhatikan gadis itu, dengan balutan baju dress selutut dengan motif bunga, rambut panjang sepinggang terurai dan bergerak-gerak terhembus angin. Ku perhatikan gadis itu wajahnya terlihat pucat dengan tatapan mata yang begitu kosong.  Hatiku bertanya,apa gerangan yang membuat dia terpaku ditempat seperti ini? Sama halnya kah denganku?? Aku penasaran dengan kehadirannya...

Penasaranku semakin menjadi. Semakin lekat aku menatapnya,semakin dalam pula aku memperhatikannya. Rasa penasaran membuatku seolah ingin menembus tubuhnya,menelusuk ke relung hatinya dan mejelajah ke dalam pikirannya,agar aku tahu perasaan sakit yang mendera hatinya,agar aku tahu perasaan kacau yang menjalar di pikrannya dann agar aku tahu bahwa aku tidak sendirian menanggung semua kesedihan. Keberadaan gadis itu entah kenapa seperti magnet yang membuatku tak ingin memalingkan wajah walau hanya sejenak. Semakin lekat aku menatapnya. Entah ada kekuatan apa,aku seolah bertelepati dengan gadis itu. Aku seolah meraskan detak jantungnya,merasakan desah nafasnya,merasakan sesak yang mendera dadanya serta mendengar suara hatinya dan membaca semua pikirannya. Entah kenapa aku seolah menyatu dengan gadis itu. Kembali aku merasa kaget ketika gadis itu berpaling ke arahku dan menatap lekat padaku. Gadis itu tersnyum dingin padaku...
" Kamu siapa...?" aku terkejut ketika aku bertanya tapi mulutku tetap terkatup rapat. Resonansi suaraku bergetar tapi tidak menimbulkan suara. Kata hatiku kah yang bicara??
" Aku adalah gadis yang teraniaya oleh takdirku sendri..." jawab gadis itu.
Aku kembli terkejut. Gadis itu berbicara tapi sama halnya denganku,mulutnya tertutup rapat. Tidak ada gerekan bibir,lidah atau gigi geligi yang terlihat. Akh...inikah yang namanya telepati??.
" Kenapa...??" aku kembli bertanya...
" Perasaan sedih,kecewa dan marah seolah becampur di hati dan pikiranku..." jawabnya kembali.
- sedih: karena sakit yang aku rasa ketika cintaku harus berakhir di tengah jalan. Sedih karena ketidak berdayaan orag yang aku cintai untuk menerjang semua penghalang. Hanya bisa pasrah dan meninggalkanku dalam kehancuran.
- kecewa: karena egoisme orang dewasa yang menamakan diri mereka orang tua. Vonis yang terucap seolah kartu mati untuk aku untuk bisa merasakan kebahagiaan bersama orang yang ku cintai. Kecewa karena pemikiran kolot mereka tentang menilai baik-buruknya suatu profesi pekerjaan. Bagiku semua itu bukanlah alasan untuk tudak merestui suatu hubungan...?!
- marah: karena ketidak berdayaanku pada keterbatasan diri yang aku miliki. Ketidak berdayaan untuk meyakinkan orang tua atas vonis yang terucap dimulut mereka. Marah karena ke-sok tahuan mereka atas jalan hidupku dan kebahagiaanku...
Bisakah kamu merasakan penderitaanku itu semua???' tanya gadis itu.

Aku terpaku tanpa bisa berkata-kata. Itu semua yang aku rasakan. Sama persis. Aku menatap lekat gadis yang ada dihadapanku.
" Kamu siapa??" aku kembali bertanya... Gadis itu tersenyum dingin.
" Aku adalah kamu..."
" Apa maksudmu...??" aku kembali bertanya dalam bingung.
" Apa kamu lupa dengan wajahmu sendiri??'
Aku terdiam. Kembali menatap lekat gadis yang ada dihadapanku.
Gadis itu membalikan badannya lalu melangkah hendak pergi. Aku terdiam memperhatikan. Gadis itu menoleh ke arahku seolah isyarat agar aku mengkutinya lalu melangkah pergi. Seolah tersedot aku pun melangkah mengikuti.
" Kita mau kemana??" tanyaku...
Gadis itu hanya diam. Aku pun hanya bisa diam dan mengikuti langkahnya...

Aku terus melangkah tanpa bisa berkata-kata. Deru bising kendaraan tetap memadati telingaku. Orang-orang berlalu lalang tanpa sedikitpun memperhatikan aku ataupun gadis itu,tak sadarkah mereka dengan keberadaan kita? Aku tersenyum sinis,apa peduli mereka memperhatikanku??
Gadis itu tiba-tiba menghentikan langkahnya,menatapku dengan telunjuk menunjuk suatu arah. Aku pun berhenti melangkah dan memperhatikan arah telunjuk gadis itu. Terlihat suatu kerumunan orang-orang. Terlihat sibuk,panik dan wajah-wajah tegang. Tanpa komando aku melangkah mendekati kerumunan orang-orang yang semkin banyak. Terlihat kengerian di ekspresi wajah mereka,adapun yang panik atau yang terlihat mengasihani.
Ada apakah ini?? Tanya hatiku.
Ku alihkan pandanganku ke arah lain. Tampak seonggok kendaraan tergeletak,hancur. 'akh...ternyata kecelakaan' pikirku. Lalu apa hubungannya denganku??? Ku amati kembali sekerumunan orang,masih tambah sibuk dan panik. Ku melangkah mendekati kendaraan yang telah hancur diterjang ganasnya jalanan. Tiba-tiba darahku berdesir,jantungku serasa berhenti berdetak. Aku terpaku berdiri menatap kendaraan roda dua berwarna biru tua. Aku mengenali kendraan itu. Ku alihkan pandanganku mengamati plat nomer yang terpampang di depan stang kendaraan. Jantungku benar-benar berhenti. Aku hapal benar urutan nomer-nomor di plat itu...
Dengan panik aku melangkah cepat menuju kerumunan orang. Sekuat tenaga aku menerobos masuk dalam kerumunan,berjejal-jejal dengan banyk orang yang penasaran dengan semua yang terjadi. Aku berdiri tepat di depan sesosok orang yang tergeletak. Pakaiannya kotor dan tampak robekan-robekan di bagian bajunya. Darah berceceran dimana-mana. Aku tetap terpaku berdiri memperhatikan. Pakaiannya aku kenal,poster tubuhnya aku kenal hanya wajahnya yang belum aku ketahui karena tertutup rambut panjangnya. Aku menoleh kebelakang menatap gadis yang sedari tadi bersmaku berharap memberi jawaban atas apa yang terjadi saat ini. Gadis itu hanya menunjuk sosok yang tergeletak lalu mengangguk ke arahku. Aku kembali memalingkan wajahku menatap sosok yang tergeletak. Dengan takut aku lebih mendekat. Dengan ragu aku berjongkok berusaha memperhatikan dengan seksama dan dengan bergetar tanganku mencoba menyibakkan rambut panjang yang menutupi wajah sosok yang tergeletak di hadapanku.

Mataku terbuka lebar dengan mulut menganga. Tanganku semkin bergetar,darah ku semakin berdesir dan jantungku benar-benar seolah berhenti. Apa yang aku lihat benar-benar sulit aku peracya. Sosok yang tergeletak di hadapanku wajahnya mirip aku. Apakah itu aku?? Benar-benar aku??
Aku merasakan tubuhku tiba-tiba saja lemas. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku. Hanya air mata yang mengalir deras di kedua pelupuk mataku. Aku melihat sekeliling,memperhatikan orang-orang yang berkerumun. Aku baru sadar bahwa sedari tadi tidak ada seorang pun yang memperhatikan keberadaanku,tidak ada yang sadar dengan kehadiranku. ku tundukan kepalaku kembli mengucurkan air mata,menangis histeris. Lalu sebuah tangan menggenggam lenganku dan sedkit memaksaku keluar dari kerumunan.
" Siapa...??" pikirku. Ku tengadahkan kepalaku melihat sosok yang menggenggam lenganku. Sesosok misterius yang kini ada di hadapanku. Dengan balutan jubah hitam dan kerudung yang menutupi wajah. Siapa makhluk ini?? Malaikat mautkah?? Apakah aku sudah mati??. Dengan perasaan takut,aku hanya pasrah mengikuti langkah makhluk misterius yang menyeretku mengikutinya. Selangkah demi selangkah aku menjauh dari kerumunan,menjauh dari sosok yang tergeletak,sosok yang wajahnya mirip denganku. Bising yang sedari tadi ku dengar kini tampak sunyi. Kendaraan yang berlalu lalang,suara-suara berisik orang-orang yang berkerumun sedikitpun tak terdengar. Yang kulihat hanya gerakan-gerakan lambat,bibir-bibir yang komat-kamit dan ekspresi-ekspresi wajah yang berbeda-beda.... Aku pasrah dan hanya terdiam.
Tiba-tib aku teringat pada sosok gadis yang ku temui di sisi jembatan. Kemana dia adanya?? Menghilangkah??

Sedikit kasar tubuhku dihempaskan oleh makhluk misterius berjubah hitam itu. lalu seketika sosoknya menghilang. Aku melihat sekeliling. Ini kan tempat tadi aku bertemu gadis itu,ini tempat dimana aku termenung menyesali kesedihanku dan tempat dimana kenangan yang selalu terekam di hati dan pikiranku. Flyover Pasupati... Aku kembali terdampar dalam kasendirian,kembali terpaku dalam kesedihan dan kembali terjebak dalam kekosongan jiwa. Aku tak berguna,aku tak berarti dan keberadaanku tak pernah di nanti.

Aku terduduk Bersandar di dinding jembatan seraya tangan memeluk lutut. Deru bising-bising kendaraan-kendaraan sama sekali tak bisa ku dengar. Orang-orang yang berlalu lalang benar-benar tak menyadari keberadaanku...

Ku menunduk dalam kekosongan jiwa. Terhempas dari dunia nyata. Terjebak dalam setumpuk kesedihan,kekecewaan,kemarahan dan penyesalan. Kesendirian mulai merayapiku...
Tiba-tiba gadis yang ku temui di jembatan ini datang menghampiriku lalu memeluk ku erat dari belakang seraya tersenyum senang dan berbisik...
" Aku adalah kesedihanmu,aku adalah kekecewaan mu dan amarahmu. Kamu yang menciptakanku hingga aku berada disini untuk selalu menemanimu hingga dunia hancur oleh pencipta-Mu...
Aku adalah jiwa hitam mu...."