Rabu, 08 Oktober 2014

18.00 pm

18.00 pm
Pagi itu suasana sekolah dyta gempar dengan kabar yang bisa membuat bulu kuduk berdiri. Kabarnya ada salah satu siswa yang karena ada kegiatan tambahan hingga pulang melebihi jam peraturan yang  diterapkan sekolah, yaitu semua siswa dilarang berada di area sekolah lebih dari jam 18.00. Entah apa alasan pihak sekolah membuat peraturan seperti itu. Yang pasti bila ada siswa yang berani melanggar akan diskorsing. Siswa itu menuturkan bahwa dimalam kejadian telah melihat penampakan hantu wanita yang berjalan melayang disekitar kelas paling pojok yang konon katanya telah dihuni makhluk lain karena dibiarkan lama tak diisi. Tak jauh dari kelas kosong tersebut ada sebuah taman kecil beralaskan rumput. Ditengahnya terdapat dua patung hewan kijang, yang satu kepalanya merunduk sedangkan yang satunya lagi berkepala tegak. Siswa itu pun menambahkan kalau kedua patung tersebut pun bergerak hidup layaknya hewan hidup kebanyakan.
Kegemparan atas kejadian yang dialami siswa tadi malam itu langsung membuat banyak tanya dikepala semua penghuni sekolahan itu, termasuk Dyta 'en the gank. Dyta memang merasa heran dengan peraturan yang dbuat sekolah tentang dibatasinya siswa untuk beraktifitas diluar jam sekolah sampai malam, padahal terkadang untuk mengerjakan tugas atau melakukan kegiatan ektrakulikuler bisa menghabiskan waktu sampai malam walaupun jauh dari kata larut. Seperti sekolah lain yang membebaskan siswa-siswanya untuk beraktifitas sampai malam. Maka kejadian tadi malam membuat Dyta berpikir negatif bahwa semua itu ada kaitannya dengan peraturan yang diterapkan sekolah. Ada rahasia apakah di sekolah pada jam 18.00?.
“ Semua kabar itu bohong! Itu hanya omong kosong siswa yang ingin mencari sensasi saja.” seru salah satu guru ketika ditanya perihal kebenaran kejadian yang dialami siswa itu.
“ Lalu kenapa ada peraturan tentang dibatasinya waktu sampai 18.00? Apa ada kaitannya dengan kejadian siswa itu?” tanya gina, teman Dyta yang exited dengan hal yang berbau mistis atau horor.
“ Bukan begitulah. Pihak sekolah hanya tak ingin bertanggung jawab bila ada siswa terlambat pulang  ke rumah” dalih guru itu .
Semakin banyak tanya yang diajukan para murid, semakin pintar juga guru-guru berdalih tapi sekeras apapun dalih yang dilontarkan para guru tak membuat siswa-siswa diam begitu saja untuk tidak merasa penasaran.
“ Aku yakin pasti ada misteri kenapa jam 18.00 sekolah harus sudah ditutup” ucap Gina dengan mimik muka super serius.
“ Ehm, nggak begitu juga. Aku pikir, bisa jadi kejadian itu hanya halusinasi anak itu saja, karena dia sendirian hingga pikiran paranoid hinggap dikepalanya apalagi suasana sekolah begitu sepi dan gelap.” tepis Andri menyanggah pernyataan Gina.
Dan wajar kalau Andri berkata seperti itu. Bagi Andri hal yang bersifat takhayul dan mistis itu tidak ada. Menurut Andri, rasa takut merupakan perasaan paranoid yang diciptakan oleh diri sendiri hingga menyebabkan halusinasi pada orang yang bersangkutan. Andri sama sekali tidak percaya adanya hantu atau setan sekalipun. Gina hanya terdiam mendengar ucapan Andri, begitu juga Dyta.

Sekolah tampak lenggang dan sepi seusai lonceng pulang berbunyi. Mungkin hanya beberapa siswa yang terlihat masih tinggal disekolah karena kegiatan ekstrakulikuler atau hanya sekedar nongkrong saja. Begitupun Dyta yang tidak segera pulang seusai bel berbunyi. Hari ini Dyta ada tugas piket membereskan buku-buku diperpustakaan. Harusnya tugas piket dikerjakan oleh dua orang tapi karena teman piket Dyta tidak masuk sekolah maka mau nggak Dyta harus mengerjakannya sendiri. Suasana perpustakaan seusai bubar sekolah tampak sepi, hanya beberapa orang yang masih tinggal diperpustakaan. Tak lama satu persatu mereka pun meninggalkan perpustakaan dan membiarkan Dyta bertugas sendirian. Tanpa ada seorang pun. Dyta melirik jam tangannya. Waktu sudah menunjukan pukul empat sore. Dalam hening Dyta melihat kesekeliling perpustakaan, sunyi dan sepi. Tiba-tiba Dyta teringat kejadian yang dialami siswa lain tadi malam, terlebih lagi kejadian tersebut terjadi dilorong koridor dekat kelas kosong yang sudah lama tak terpakai dan dibiarkan begitu saja berantakan. Dyta baru sadar kalau kelas kosong itu letaknya tepat bersebelahan dengan perpustakaan. Pikiran buruk seketika hinggap dikepala Dyta. Tanpa pikir panjang Dyta segera membereskan buku-buku yang tergeletak dimeja untuk dipindahkan ke rak agar bisa selesai sebelum jam lima sore.

Tiba-tiba Dyta merasakan angin dingin berhembus disekitar kepalanya yang disertai suara aneh yang samar. Dyta terdiam sejenak dan mengusap kepalanya perlahan seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tetap sepi dan lebih sunyi.
“BRAAKK”  suara kursi jatuh terdengar keras hingga membuat jantung Dyta serasa copot, kaget. Dyta kemudian berjalan perlahan kearah suara. Dengan jantung berdetak cepat tentunya. Terlihat sebuah kursi memang tergeletak adanya. Dyta segera membenarkan posisi kursi ke posisi semula. Tapi belum lama Dyta membenarkan posisi kursi yang tiba-tiba terjatuh, kembali Dyta dikagetkan dengan suara jendela yang terbuka dengan suara yang keras. Dan seketika halaman sekolah dengan taman kecilnya pun terlihat. Taman yang terdapat dua patung kijang yang kabarnya pada kejadian malam itu terlihat hidup. Tak lama disusul suara buku-buku yang berjatuhan. Sesaat jantung Dyta serasa berhenti berdetak. Rasa takut seketika menjalar dari ujung rambut hingga kaki. Dyta tidak pernah berpikir kalau semua kejadian diruang perpustakaan ini bukan tanpa sengaja adanya. Dyta menelan ludah. Mukanya tampak pucat karena perasaan takut. Perlahan Dyta berjalan mendekati jendela. Detak jantungnya bergemuruh tak beraturan.
Perlahan Dyta menutup jendela, tetapi belum sepenuhnya jendela tertutup, Dyta melihat sekelebat bayangan putih melintas didepannya. Saking kaget Dyta melonjak mundur kebelakang.
‘Apa itu tadi??’ guman Dyta lirih bercampur kaget.
“ Kamu belum pulang?” tiba-tiba muncul suara parau yang bertanya dibelakang Dyta.
Dyta kontan menoleh kearah suara. Belum sedikitpun Dyta meredakan rasa terkejut dan takutnya dengan kejadian-kejadian diperpustakaan ini, Dyta kembali dikagetkan dengan suara parau dibelakangnya yang ternyata seorang cewek, mungkin salah satu siswi sekolah ini. Dyta menatap cewek yang ada dihadapannya itu. Cantik dengan rambut panjang sepinggang terurai. Tapi, kenapa mukanya begitu pucat?.
“ Kamu belum pulang?” tanyanya kembali.
“ Belum. Aku piket membereskan ruangan perpustakaan.” Jawab Dyta dengan suara agak terbata.
“ Sudah hampir magrib, kamu sebaiknya pulang saja. Ruangan perpustakaan biar aku yang bereskan.” Ucap cewek itu, tanpa ekpresi.
Dyta melirik jam tangan. Ah, ternyata benar. Sudah pukul lima sore,
“ Tapi... masih banyak buku yang belum dibereskan.”
“ Nggak apa-apa. Kamu pulang saja. Sebelum terjadi hal yang tidak kamu inginkan”
Dyta terdiam mendengar ucapan cewek itu. Maksudnya apa?.
Tanpa pikir panjang Dyta mengiyakan ucapan cewek itu untuk secepatnya pulang sebelum magrib. Setelah mengucapkan terima kasih, Dyta bergegas meninggalkan perpustakaan dan keluar dari area sekolah yang pada sore hari terasa sekali keangkerannya.

“ Seriusan, nih? Siswi aneh?” tanya Gina heran setelah mendengar cerita Dyta.
Dyta mengangguk pelan, mengiyakan.
“ Ehm... cewek yang cukup memcurigakan. Dia tahu kalau waktu bila menunjukan pukul 18.00 tepatnya hampir magrib akan terjadi hal yang tidak baik, tapi kenapa dia masih tinggal di area sekolah? Kayaknya itu cewek mengetahui sesuatu yang jadi pertanyaan semua siswa disekolah ini. Sebuah misteri kenapa sekolah menerapkan peraturan agar siswa tidak berada di area sekolah tepat jam 18.00.” Andri ikut menimpali.
“ Kita coba saja tinggal di area sekolah sampai magrib tiba, bagaimana?” ajak Gina yang langsung disambut gelengan tegas Dyta. Hal gila seperti itu tidak mungkin di iyakan Dyta apalagi sesudah kejadian kemarin sore ketika dirinya berada diperpustakaan, banyak kejadian yang membuat dirinya serasa susah untuk sekedar bernafas.
“ Kamu jangan gila, Gin. Aku nggak mau jantung copot gara-gara mengalami hal menyeramkan.” Dyta menolak tegas.
“ Nggak akan lah, Dyt. Kita hanya ingin tahu saja kebenaran tentang kabar itu. Ingin membuktikan juga, apa yang menjadi alasan pihak sekolah membuat peraturan seperti itu.” Gina berusaha meyakinkan Dyta tentang rencananya.
Dyta tetap menggelengkan kepala. Dyta sadar betul kalau dirinya adalah tipe orang yang lumayan penakut. Maka, benar-benar tindakan yang bodoh bila dia mau melakukan hal yang menjadi pantangannya.

Bel tanda berakhirnya kegiatan sekolah berbunyi. Semua siswa dengan kompak berhamburan keluar kelas. Begitupun dengan Dyta, tak ingin mencoba berlama-lama berada disekolah semenjak kejadian kemarin. Tidak semua siswa memang usai belajar langsung bergegas pulang. Ada yang karena mengerjakan tugas tambahan membuat sebagian siswa terpaksa tinggal di sekolah untuk menyelesaikannya. Dyta bergegas keluar dari kelas ketika bel berbunyi tanda berakhirnya pelajaran. Awalnya Dyta berencana untuk bolos ekstrakulikuler kesenian hari ini, Dyta merasa cukup sekali saja merasakan ketegangan karena perasaan takut  apabila berlama-lama tinggal di area sekolah. Suasana sekolah sore hari benar-benar tidak bersahabat. Tapi sial bagi Dyta, niat bolosnya ketahuan pembina eskul maka mau tak mau Dyta pun terpaksa ikut.

Selama kegiatan eskul berlangsung, entah kenapa perasaan Dyta tak menentu. Apalagi ketika Dyta disuruh mengambil peralatan eskul diruang perlengkapan yang letaknya tak jauh dari perpustakaan. Dengan malas Dyta pun pergi keruang perlengkapan.
“ Neng… Neng Dyta.” Panggil seseorang dari belakang
Dyta menoleh kearah suara yag ternyata Pak Kirman, penjaga sekolah.
“ Mau mengambil peralatan kesenian, neng?” Tanya Pak Kirman.
Dyta mengangguk.
“ Iya, Pak.”
“ Maaf, neng. Neng ambil saja peralatannya diruang perpustakaan, tadi ruang peralatannya harus dikosongkan dulu jadi semua barang keperluan eskul sementara berada diperpustakaan” kata Pak Kirman menjelaskan.
Dyta terdiam. Mungkin daritadi perasaannya nggak menentu karena tahu akan terjadi hal seperti ini.
“ Oh iya, neng… lain kali kalau mau berada lama di sekolah, beritahu bapak, ya. Takutnya neng nanti ke kunci. Neng kan tahu peraturan sekolah melarang siswanya berada di sekolah lebih dari jam 18.00” timpalnya lagi.
“ Tapi bukan saya, kok kemarin yang pulang terakhir. Masih ada siswi lain yang berada di perpustakaan” Ucap Dyta.
“ Setahu bapak, neng yang terakhir pulang”
Dyta lalu menjelaskan semuanya berikut tentang siswi yang ditemuinya sewaktu diperpustakaan. Dyta juga menjelaskan cirri-ciri siswi tersebut.
Pak Kirman langsung terdiam. Ditatapnya Dyta dengan penuh heran.
“ Bapak tahu siswi yang ciri-cirinya neng sebutkan itu, dia memang siswi sekolah ini tapi neng, siswi tersebut sudah meninggal.”
Deg. Jantung Dyta serasa berhenti berdetak mendengar ucapan Pak Kirman. Dyta segera mengambil peralatan kesenian dengan ditemani Pak Kirman lalu bergegas pergi.

Eskul hari ini dirasa sangat menyita waktu bagi Dyta. Jam setengah enam Dyta baru menyelesaikan eskulnya. Dengan ditemani Gina dan Andri, Dyta membereskan peralatan eskulnya lalu membawanya ke ruang perpustakaan untuk disimpan kembali. “ Cepetan, dong jalannya. Sudah hampir jam magrib, nih.” Ucap Dyta.
“ Sabar, berat nih peralatannya.”
Dyta, Gina dan Andri bergegas memasuki ruangan perpustakaan. Ruangan tampak sepi dan sunyi dengan rak-rak berjejer rapi. Andri merasakan suasana menyeramkan yang benar-benar membuat perasaan tak menentu.
“ Perasaan aku nggak enak begini. Cepat-cepet beresin terus cabut.” Ucap Andri yang di iyakan oleh Dyta dan Gina.
Dyta dan Andri segera menyimpan peralatan dan sedikit membereskan posisinya biar tidak berantakan. Lalu tanpa mensia-siaan waktu Dyta, Andri dan Gina bergegas meninggalkan ruangan perpustakaan. Tapi baru beberapa langkah berjalan tiba-tiba pintu perpustakaan tertutup dengan sendirinya. Andri segera berlari menuju pintu dan berusaha membukanya. Tapi pintu tidak dapat terbuka.
“ Kenapa pintunya tertutup sendiri, sih?” Tanya Gina heran.
“ Sekarang sudah jam 18.00. kalian ingat nggak cerita aku kemarin?” ucap Dyta agak terbata. Rasa takut sedikit demi sedikit hinggap didiri Dyta, begitupun Gina.
“ Dri, cepat buka pintunya. Masa cowok nggak bisa membuka pintu, sih?” Gina mulai panik.
“ BRAAAKKK” suara benda jatuh terdengar keras menggema. Semuanya tampak diam tercekat. Disusul dengan suara buku-buku yang berjatuhan kelantai. Semuanya langsung panik. Andri terus berusaha membuka pintu, tapi sia-sia sedikitpun pintu nggak bergeser.
“ Kalian belum pulang? Sudah hampir magrib, lho?”
Semuanya diam tercekat mendengar suara parau yang tiba-tiba terdengar dari arah belakang. Terutama Dyta, wajahnya langsung pucat pasi mendengar kalimat itu.
Andri perlahan menoleh ke belakang, kearah suara sedangkan Dyta dan Gina saling berpelukan karena takut. Tak ada siapa-siapa.
“ Wooiii… siapa diluar, tolong bukakan pintu.” Teriak Andri seraya menggedor-gedor pintu.
“ BRAAKKK”  kembali suara benda jatuh terdengar, kali ini lebih keras. Tak lama, disusul suara senandung lirih.
Semua tampak panik. Andri yang hilang kesabaran akhirnya mendobrak pintu dengan sekuat tenaga, dibantu Dyta dan Gina.

Andri, Dyta dan Gina bergegas keluar ketika akhirnya pintu berhasil terbuka, meskipun harus didobrak. Mereka segera berlari menjauh dari ruang perpustakaan. seketika lari mereka terhenti ketika dilihatnya ada seekor kijang yang menghalangi. Matanya bersinar merah menatap tajam kearah mereka. Dyta menoleh kearah taman kecil dimana patung kijang berada. Dan… astaga, patung kijangnya nggak ada.
Gina yang ketakutan menjerit histeris.
“ Balik arah, lewat sini.” Andri berteriak seraya berlari yang di ikuti Dyta dan Gina.
Mereka berlari melalui koridor melewati kelas demi kelas menuju gerbang keluar. Tapi, lagi-lagi lari mereka terhenti dan muka mereka pun tercekat melihat sosok yang menghadang mereka.
Sosok perempuan yang memakai pakaian putih dengan rambut panjang terurai dan wajah merunduk tengah menghadang mereka. Sosok itu berjalan pelan dengan kaki terseok-seok mendekati mereka. Gina dan Dyta berteriak histeris.
“ Lari cepat ke arah belakang..!!” teriak Andri.
Dyta dan Gina pun berlari mengikuti Andri dengan uraian airmata saking takutnya. Entah mimpi apa malam-malam kemarin hingga harus mengalami hal menegangkan seperti ini. Ditengah larinya, Gina sekilas melihat kearah belakang.
‘astagaaa…’ makhluk itu terus mengikuti. Langkahnya yang terseok-seok malah semakin cepat mengikuti. Gina semakin histeris hingga lututnya terasa bergetar lemas, dan akhirnya terjatuh. Dyta sekuat tenaga berusaha mengangkat tubuh Gina agar cepat berdiri.
“ Andri, tolong Gina…” teriak Dyta. Namun Andri tak mendengar dan berlari semakin jauh meninggalkan Dyta dan Gina yang terjatuh. Dyta panik. Dilihatnya arah belakang dimana makhluk perempuan itu mengejar. Tapi, makhluk itu tiba-tiba menghilang. Dyta mengedarkan pandangan keseluruh penjuru, tetap makhluk itu tidak ada. Dyta segera membangkitkan Gina yang terjatuh lalu berusaha berlari kembali, dan….
“ Aaaaaarrrgggghh….” Gina dan Dyta berteriak hisretis ketika dilihatnya makhluk perempuan itu sudah ada dihadapan mereka. Sangat dekat bahkan. Gina langsung tak sadarkan diri. Sedangkan Dyta beringsut mundur seraya menangis melihat makhluk yang sedari tadi mengejarnya sudah berada dihadapan wajahnya.
Terlihat dengan jelas wajah makhluk itu. Dengan kulit keriput dan bola mata yang…astaga, putih semua. Bibirnya menyeringai mengeluarkan tawa yang mengekeh menakutkan . Dyta menutup matanya, tak sanggup melihat kengerian yang ada dihadapannya. Bibir Dyta komat-kamit melafadzkan doa yang tak henti.

Suasana hening. Tak ada suara tawa ataupun suara langkah terseok. Perlahan Dyta membuka mata. Mahkluk itu tak ada lagi dihadapannya. Dyta membuka mata lebar-lebar seraya mengatur nafasnya yang terengah-engah. Tapi tiba-tiba Dyta merasakan hembusan nafas berasal dari sampingnya. Dengan jantung berdetak, Dyta perlahan menoleh kesamping dan… astaga, makhluk itu berada tepat disamping Dyta dengan wajah menyeramkannya. Dyta kontan memalingkan muka dan tanpa melihat keadaan kepala Dyta terantuk tembok dan tak sadarkan diri.

Ketika membuka mata, Dyta melihat sudah banyak kerumunan orang. Mulai dari Pak Kirman, guru wali kelas dan kepala sekolah juga orang tua Dyta. Terlihat juga Andri yang tengah berdiri dihadapan Dyta seraya tersenyum tipis. Kulihat juga Gina dibopong yang ternyata masih tak sadarkan diri. Setelah suasana tenang dan kondusif, Dyta menceritakan semua kejadian yang dialaminya. Semua orang yang mendengarkan terdiam, terutama Pak Kepsek.
Esok harinya, sekolah mendadak diliburkan selama seminggu. Dan atas permintaan Pak Kepsek untuk merahasiakan kejadian yang terjadi dan berjanji akan mengusut semuanya hingga tuntas.

Dyta termenung dikamar. Kejadian menegangkan yang menimpa dirinya tak akan pernah ia lupakan. Kejadian yang untuk seumur hidupnya baru pertama kali terjadi ini akan menjadi cerita tersendiri didalam hidupnya.



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar