Minggu, 19 Maret 2017

Irama Sumbang

Entah sejak kapan, hadirnya mengusik perhatianku. Entah sejak kapan,  pandanganku selalu mencari hadirnya, mengikuti beradanya dan tertarik padanya?  Mungkin. Seperti irama yang tiba-tiba mengalun merdu.

Pertemuan pertama nggak ada yang istimewa, dia hanya irama yang sepintas lewat. Pertemuan kedua masih dengan irama yang sama. Pertemuan ketiga pandangan beradu,  mataku beralih, dia tetap menatap. Pertemuan ke empat aku bertanya dalam hati, 'who is he? '

Selanjutnya, entahlah aku menantikan tiap pertemuan dengan irama yang sama. Sedikit mencari info tentangnya. Hingga suatu ketika, aku nggak melihat hadirnya, ditempat biasa. Cukup lama. Kemana dia?

Ah,  dan ternyata dia berada ditempat berbeda yang memungkinkan aku nggak bisa melihatnya dalam frenkuensi 'sering'.  Sudahlah...  Toh, hati aku tetap berdetak kencang tiap kali bertemu dengannya, walaupun jarang.

Aku belum menyebutnya cinta, nggak berani malah. Ini hanya perasaan tertarik,  hanya memuji. Terlalu cepat untuk mengafirmasikan ini cinta.
Hari-hari berjalan tetap dengan nada irama yang sama. Tanpa ada improvisasi, tanpa ada pemulaian yang ku yakini berujung pengakhiran. Selalu seperti itu, nada usang yang selalu dimainkan. Tanpa bosan. Namun tiba-tiba, alunan nada itu sedikit bergemuruh, terdengar sedikit mengoyak telinga ketika ku lihat dia bersama wanita. Hampir sering.

Alunan irama itu semakin pelan dan terdengar sumbang. Menjadi irama yang asing.  Begitu pun dia. Meskipun kadang aku melihat dia menatap penuh arti yang nggak bisa aku terjemahkan sekalipun dalam google. Tatapan yang sesekali menjadikan irama sumbang menjadi merdu, lalu sumbang kembali.

Sudahlah. Irama itu perasaan tertarik, bukan suka ataupun cinta. Karena apa?  Karena irama itu semakin sumbang dan asing. Sama seperti pertama bertemu. Iramanya datar, tak terdengar...